SA'AIROLLAH situs syiar dan forum diskusi islam
<iframe src="https://www.facebook.com/plugins/likebox.php?href=http%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Flazuard%23%21%2Fpages%2FSaairollahforumindonesiannet%2F181181361916916&width=292&colorscheme=light&show_faces=true&stream=true&header=true&height=427" scrolling="no" frameborder="0" style="border:none; overflow:hidden; width:292px; height:427px;" allowTransparency="true"></iframe>
SA'AIROLLAH situs syiar dan forum diskusi islam
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
SA'AIROLLAH situs syiar dan forum diskusi islam

Mari gemakan syiar2 agama untuk menggapai ridho Allah
 
IndeksIndeks  berandaberanda  GalleryGallery  PencarianPencarian  Latest imagesLatest images  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  

 

 Mengendalikan Rasa Terlalu Mencintai (jadi Renungan)

Go down 
PengirimMessage
mulikbarong_admin
Admin



Jumlah posting : 34
Join date : 14.07.10
Age : 43
Lokasi : Indonesia

Mengendalikan Rasa Terlalu Mencintai (jadi Renungan) Empty
PostSubyek: Mengendalikan Rasa Terlalu Mencintai (jadi Renungan)   Mengendalikan Rasa Terlalu Mencintai (jadi Renungan) Icon_minitimeSun Apr 03, 2011 9:19 am

Tanya: Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Mba Ade yang baik, Menyambung postingan email dari ukhti Naura tentang permasalahan yg sama “Pilih Dicintai atau Mencintai?”, kebetulan saat ini saya sedang mengalami permasalahan yg sama. Hanya saja posisinya yg berbeda. Saya berada di posisi “mencintai”. Perlu keberanian khusus untuk memposisikan diri pada posisi mencintai. Adakalanya itu sangat menyakitkan hati. Dimana ketulusan cinta yg saya berikan ternyata tak sepadan dengan apa yg saya terima. Tapi sekali lagi… keikhlasan memberi tanpa mengharap kembali itulah yang menguatkan hati ini. Rasa sedih itu pasti ada karena saya hanyalah manusia biasa yg memiliki perasaan. Perasaan cinta itu bukan sekedar berasal dari hawa nafsu semata. Tapi lebih dari keyakinan akan petunjuk yang pernah diberikan oleh Allah SWT dalam sholat dan doa yang selama ini saya panjatkan. Dan juga keinginan untuk menggenapkan separuh Dien saya. Saya pernah merasakan sakitnya suatu hubungan. Sejak itu saya sedikit trauma dan membenci lelaki. Melalui sholat dan doa saya melakukan pendekatan kepada Allah SWT, saya menyadari bahwa tak mungkin saya mengingkari-Nya dengan tidak mengikuti ajaran-Nya (menikah). Dalam kurun waktu yang cukup lama (5 tahun), saya coba menyembuhkan rasa sakit itu. Saat itu saya melakukan sholat Istikhoroh dan puasa secara terus-menerus untuk mohon dibukakan petunjuk tentang jodoh saya. Namun Allah tidak juga memberikan jawaban itu. Sampai pada suatu saat saya bercerita tentang kekalutan hati ini kepada seorang teman. Saya sampaikan padanya pertanyaan tentang petunjuk yang akan diberikan oleh Allah. Saya sempat berujar padanya “aku mungkin bukan tipe orang yang sensitif. Tipe yang bisa melihat merasakan petunjuk itu telah datang atau blom. Aku mohon Allah berkenan memberikan petunjuk yang nyata kepadaku. Aku mohon Allah berkenan mengirimkan petunjuk itu melalui seorang lelaki yang datang dan meminangku”. Dan Subhanallah… maha besar Allah… Allah kabulkan permintaan saya itu. Seorang lelaki (A) datang pada saya mengungkapkan isi hatinya dan meminta saya untuk menjadi istri-nya. Saat itu saya langsung menangis tersungkur dalam sholat saya. Baru kali ini saya merasa disentuh langsung oleh Allah melalui petunjuk itu. Saya tidak dapat memungkiri bahwa inilah petunjuk yang telah Allah berikan kepada saya. Padahal, sebelumnya saya tidak mengenal dekat dan tidak mencintai A.

Karena kondisi jarak dan ekonomi yang belum mencukupi, kami tidak langsung menikah saat itu. Pendekatan ke keluarga kedua belah pihak telah kami lakukan. Segala doa dan usaha kami lakukan dalam rangka mewujudkan cita2 itu. Akan tetapi, badai cobaan terus datang menghadang.
Saya mencintai A dengan segenap hati, karena keyakinan akan inilah jodoh yang telah Allah pilihkan untuk saya. Melihat rasa cinta yang begitu besar dan keyakinan itu, jadi timbul ketakutan dalam diri A. A merasa malu karena tidak bisa memberikan porsi yang sama sperti yang telah saya berikan. Saya coba meyakinkan A bahwa melalui pernikahan kita akan coba tumbuhkan rasa itu lebih dan lebih lagi. Love is a journey, not a destination. Sampai saya putuskan untuk pindah dari kota tempat saya tinggal ke kota tempat A tinggal. Alhamdulillah rasa itu bertambah sedikit demi sedikit.
Hanya slama 6 bulan kami bersama dalam 1 kota . Tapi kemudian ada satu kesalahan yang telah kami perbuat. Atas dasar kebutuhan perekonomian untuk membangun rumah tangga nanti, kami menerima tawaran bekerja untuk A dimana mengharuskan A untuk pindah ke kota lain. Sekarang jarak sekali lagi telah menghancurkan rasa itu. Saya berharap dapat mempertahankan hubungan ini. Saya meyakini bahwa A adalah jodoh saya berdasarkan keyakinan saya pd Allah SWT. A juga merasakan takut yang amat sangat bila salah dalam mengambil langkah karena akan berisiko kehilangan saya. Tapi A juga realistis, A tidak mau menyakiti perasaan saya dengan keadaan hatinya saat ini. Saat ini kami berdua memutuskan untuk menjauh dan berfikir dulu. Kami mencoba mendekatkan diri pada Allah untuk meminta petunjuk-Nya. A meminta Allah untuk memberikan keyakinan yang sama yang saya dapatkan dari Allah. A meminta saya utk bersabar dan pasrah atas petunjuk apapun yang nanti akan diberikan oleh Allah. Memang, kalaulah jodoh pasti tak akan lari kemana. A ingin bila kembali pada saya, A datang dengan keyakinan yang mantap untuk berkeluarga. Tapi sampai saat ini petunjuk itu tak jua datang, mba. Saya tidak tau apa maksud dibalik cobaan ini. Saya berfikir mungkin Allah telah memberi petunjuk bahwa kami tak berjodoh dengan kepindahan A ke kota lain. Tapi kenapa selalu saja ada hal2 yang terus menghubungkan kami??? Tentang masalah keluarga, rumah, ataupun hal2 lainnya. Hal ini yg tidak bisa membuat kami berpisah. Selalu saja ada konektifitas d antara kami. Saya amat mencintai A. Saya meyakini bahwa A adalah jodoh saya berdasarkan keyakinan saya pd Allah SWT. Namun sampai kapan saya harus terus berharap mba?

Saat ini kami mengalami kebimbangan, mba. Saya tidak tau cobaan apa yg sedang Allah berikan utk kami. Apakah Allah sedang menunjukkan kuasanya bahwa kami tidak berjodoh (tdk pernah bisa berkumpul bersama) atau Allah sedang menguji ttg seberapa besar saya meyakini Allah dan petunjuk-Nya yang pernah diberikan dahulu.
Saat ini kami hanya bisa terpekur dalam sholat dan doa yang kami panjatkan. Memohonkan belas kasih Allah utk memberikan yg terbaik bagi kami menurut apa yg menjadi ketetapan-Nya. Maaf kalau cerita saya terlalu panjang dan banyak menyita waktu mba.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jawab;

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Sebelumnya, saya minta maaf karena tidak bisa memenuhi keinginan kamu agar uneg-uneg ini dibalas secara email japri (juga untuk teman-teman lain yang meminta hal yang serupa). Maaf saya tidak bisa. Ini karena bisa jadi, saat ini ada teman kamu yang mungkin mengalami permasalahan serupa sehingga mereka tidak perlu saya beri email japri orang perseorang. Semua uneg-uneg itu insya Allah bisa jadi pelajaran buat kita semua; saya, kamu dan teman-teman kafemuslimah semua. Jadi, saya muat di sini saja ya. Insya Allah akan membawa manfaat bagi orang lain.
Sekarang, sebelum saya memulai kalimat saya, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan pada ukhti. Pertama:, seberapa saleh ukhti ini sehingga merasa yakin bahwa ukhti dikaruniai karomah oleh Allah SWT berupa kemampuan untuk menerima sebuah petunjuk langsung dalam bentuknya yang kasat mata, nyata? Kedua, seberapa cantik menariknya ukhti sehingga bisa membuat orang lain jatuh cinta dan cinta itu sifatnya awet dan tahan lama? Pertanyaan terakhir: Sebut satu saja sesuatu di dunia ini yang memiliki sifat abadi/menetap dan tidak akan berubah?

Bagaimana? Bisa menjawab pertanyaan yang saya ajukan? Jika jawabannya kebanyakan tidak tahu atau malah tidak; syukur Alhamdulillah. Berarti ukhti masih sama seperti saya dan teman-teman yang lain, hanya seorang manusia biasa yang tidak punya kelebihan apa-apa. Tidak dapat membaca petunjuk dari Allah secara cerdas, tidak dapat menerima petunjuk Allah secara langsung dan kasat mata, akan mengalami sakit, kepayahan, tua dan lalu mati serta tidak dapat menemukan sesuatu yang bersifat abadi di atas muka bumi ini.

Dalam bukunya Manajemen Qalbu (melumpuhkan senjata syetan; terbitan Darul Falah, cetakan ke 7, 2007), Ibnu Qayyim Al Jauziah mennulis bahwa, Manusia diberi akal oleh Allah untuk digunakannya dalam berpikir. Ada banyak sekali fitrah manusia yang ketika diproses oleh akal pada akhirnya menjadi lebih baik lagi kemanfaatannya. Perpaduan akal dan fitrah akan menganggap baik kejujuran, keadilan, berbuat baik (kepada orang lain), kebajikan, iffah (menahan diri), keberanian, akhlakul karimah, menunaikan amanat, nasehat-menasehati, menepati janji, menolong orang teraniaya, menyambung tali silaturahim, dan sebagainya. Hal-hal ini umum dimiliki oleh manusia yang memadukan akal dan fitrahnya dalam memahami berbagai hal di muka bumi ini. Hanya saja, terkadang ada banyak kejadian yang tersembunyi ciri-cirinya, keadaannya atau dampak perbuatannya. Untuk yang satu ini manusia biasa tidak dapat mengungkapnya. Untuk itulah peranan wahyu menjadi penting. Satu-satunya orang yang mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan wahyu secara mendetail tiada lain kecuali Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Adapun orang yang paling benar akal , pendapat dan anggapan baiknya adalah orang yang akal, pendapat, anggapan baik serta kiasnya sesuai dengan As Sunnah dan Al Quran. Jika seseorang memiliki akal pemikiran, pendapat, anggapan atau kias yang tidak sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah, maka bisa dipastikan dia telah terpedaya oleh tipu daya Syetan.

Syetan memang telah berjanji pada Allah bahwa dia akan memperdaya manusia (yang dianggapnya telah menyebabkan Syetan terlempar dari surga) dengan berbagai macam cara sehingga manusia kelak bisa menemaninya menempati neraka. Tipu daya syetan meliputi berbagai macam hal. Baik yang secara terang-terangan berbentuk kedurhakaan dan kehinaan, maupun yang secara halus berupa suara-suara hati yang melenceng. Termasuk disini adalah akal pemikiran, pendapat, anggapan atau kias yang sengaja dimelencengkan dari Al Quran dan As Sunnah. Ingat, suara batin itu ada tiga macam: Rahmaniyyah (berasal dari Allah), syaithaniyyah (berasal dari Syetan) dan nafsaniya (berasal dari keinginan nafsu, sebagaimana juga mimpi). Betapa pun seorang hampa sampai pada tingkat terteinggi dalam hal zuhud dan ibadah maka ia tetap disertai syetan dan nafsunya, yang keduanya tidak akan pernah meninggalkannya hingga ia meninggal dunia. Itu yang mengharuskan kita agar senantiasa hati-hati.

Bagaimana dengan apa yang telah terjadi pada ukhti? Bisa jadi, petunjuk Allah tentang jodoh memang datang lewat A yang datang dan melamar. Tapi, apakah dia memang jodoh yang baik untuk ukhti nikahi? Wallahu’alam. Hanya saja, menurut saya, petunjuk Allah yang kita pahami tidak boleh kita iringi dengan kemaksiatan dalam pelaksanaannya. Petunjuk Allah yang haq tidak akan pernah menggiring kita pada sesuatu yang batil. Jadi, jika sebuah petunjuk dari Allah kita dapati ternyata mendatangkan musibah dan kehinaan, tentu kitalah yang salah memahaminya dalam hal ini. Yaitu salah karena telah atau masih mencampur petunjuk itu dengan interpretasi yang didasarkan pada nafsu kita sendiri. Dalam hal ini si A yang dikirim Allah setelah serangkaian doa dan istikharah yang dilakukan. Betulkah A jodoh yang Allah kirim pada ukhti? Wallahu’alam. Tapi saya cenderung melihat bahwa bisa jadi si A dikirim Allah untuk menjadi simbol (baca = petunjuk) peringatan dari Allah agar ukhti mau belajar dari kesalahan di masa yang lampau. Apa kesalahan ukhti di masa yang lampau? Kesalahan itu adalah, terlalu mencintai seseorang sehingga cinta itu bahkan melebihi cinta ukhti pada Allah dan Rasul-Nya.

Selama 5 tahun ukhti mencoba untuk belajar mengobati luka hati karena patah hati dan membenci (tidak percaya lagi) pada lelaki. Ukhti berusaha untuk mendekatkan diri pada Allah dan menunjukkan pada Allah bahwa ukhti benar-benar mencintai Allah secara utuh. Manusia memang begitu (termasuk saya, astagfirullah al adziim), ketika sedang sempit langsung datang pada Allah tapi ketika sudah lapang sering melupakan Allah. Bagi ukhti sendiri, waktu 5 tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk menunjukkan bahwa ukhti benar-benar mencintai Allah secara utuh. Tapi, benarkah? Harus ada pembuktiannya. Segala sesuatu yang ingin dipastikan kemurniannya harus melewati serangkaian ujian. Benarkah kalung emas yang berkilauan benar murni emas dan bukan sepuhan belaka? Harus diuji dahulu. Benarkah seseorang itu juara karena kepandaian yang dia miliki secara natural dan bukan karena kecurangan yang dia lakukan diam-diam? Harus diuji dahulu. Benarkah ukhti mencintai Allah dan Rasul-Nya secara utuh? Harus diuji dahulu.

Ujian cinta inilah yang datang pada Nabi Ibrahim a.s ketika datang perintah dari Allah untuk menyembelih putra yang dia nanti-nantikan kelahirannya bertahun-tahun dan amat dia cintai, Ismail a.s. Ujian cinta inilah pula yang datang kepada Asiyah yang cantik rupawan ketika mendampingi raja yang kaya raya tapi kafir dan zalim, Fir’aun. Ujian cinta inilah yang datang pada kaum Muhajirin yang harus berpindah ke Anshor. Ujian ini pulalah yang harus dipilih oleh para sahabat ketika berpindah dari agama nenek moyang mereka kepada memeluk Islam. Juga seperti ujian kesakitan yang harus dipilih oleh seorang ibu yang ingin melahirkan anak yang dikandungnya. Bahkan ujian cinta ini juga datang pada teh Ninih ketika AA Gym suaminya menikah lagi dengan teh Rini. Ujian cinta memang selalu datang pada mereka yang kesehariannya terlihat amat besar cintanya pada Sang Khalik. Ujian ini untuk menguji apakah cinta yang mereka persembahkan ini memang tulus ikhlas dan bulat dan bukan hanya polesan di kulit saja. Mereka yang lulus ujian cinta ini, Allah telah menyediakan tempat istimewa di surga-Nya kelak. Dan ujian cinta seperti inilah yang datang pada ukhti ketika datang A yang datang melamar setelah masa pendekatan pada Allah dan permohonan panjang selama 5 tahun. Apakah ketika ujian ini datang ukhti akan kembali kepada kesalahan yang dulu? Apakah ketika ujian ini datang ukhti akan kembali mengingkari Allah dan kembali pada kemaksiatan? Apakah ketika ujian cinta datang ukhti akan waspada agar tidak jatuh ke lubang yang sama atau malah kembali jatuh ke lubang kesalahan yang sama? Silahkan ukhti renungkan sendiri. Tentu ukhti sendiri yang bisa mengukurnya lewat muhasabah diri sendiri.

Cintailah segala sesuatunya itu sekadarnya saja, karena bisa jadi apa yang kamu cintai hari ini kelak akan menjadi musuh bagimu dikemudian hari; dan bencilah pada sesuatu itu sekadarnya saja, karena bisa jadi apa yang kamu benci hari ini justru kelak akan menjadi kekasihmu di kemudian hari. Ini pendapat dari pepatah Arab lama yang oleh sebagian orang dianggap sebagai salah satu perkataan Nabi SAW. Wallahu’alam. Tapi saya pribadi setuju dengan pendapat ini. Memang demikianlah seharusnya kita mencintai dan membenci sesuatu. Jangan pol-polan; nge-gas abis; dalem banget, istilah jaman sekarangnya. Nanti malah kecewa sendiri kalau ternyata balasan yang kita terima ternyata tidak sepadan atau tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Dalam hal ini, jangan terlalu yakin dulu bahwa A yang datang mengkhitbahmu adalah betul jodoh yang layak untuk dicintai dengan amat sangat. Toh dia belum berani mengambil keputusan untuk menikah dengan ukhti. Baik itu karena alasan perekonomian, atau pekerjaan atau jarak. Saya pribadi melihatnya, di awal bisa jadi A merasa ukhtilah yang sesuai dengan kriteria istri yang dia inginkan. Keyakinan inilah yang menggiring A untuk mengkhitbah ukhti. Tapi, dalam perjalanan waktu, ternyata ada banyak kejadian yang malah melunturkan keyakinan A tersebut. Dia ragu apakah ukhti memang pantas jadi istri yang mendampingi dia. Itu sebabnya dia mengulur waktu untuk segera menikah dengan banyak alasan. Yang saya sesali, justru di kondisi seperti inilah ukhti malah berusaha meyakinkan A bahwa kalian memang berjodoh, bahwa ukhti amat mencintai dia.

Ukthi yang dirahmati Allah SWT. Seorang lelaki yang merasa yakin akan pilihan hatinya terhadap pasangan hidupnya, akan terus melangkah hingga bisa membawa teman wanitanya itu menjadi istrinya. Dia tidak lagi takut akan pertimbangan ekonomi, pekerjaan, sosial, jarak, dan sebagainya. Karena jika dia sudah yakin bahwa wanita itulah calon istri yang tepat untuk dirinya maka dia tidak ingin kehilangan kesempatan itu. Rasa cemburunya muncul sehingga dia punya rasa khawatir jika dia tidak segera menikahi wanita yang dia cintai maka bisa jadi orang lainlah yang akan menikahi wanita tersebut; itu sebabnya dia akan segera menikahi wanita tersebut tanpa banyak pertimbangan macam-macam lagi. Entah itu pertimbangan ekonomi, jarak, usia, dan sebagainya. Menurut saya, kondisinya jangan dibalik. Jangan kita (pihak wanita) yang meyakinkan dia (pihak pria) berulang kali bahwa cinta akan tumbuh bersemi kelak lewat perjalanan waktu. Jangan pernah memaksakan pendapat ini pada laki-laki. Mengapa. Karena dalam perjalanan cinta dan kehidupan, wanita akan banyak sekali berkorban (baca = melakukan tugas). Wanita akan melahirkan, mendidik anak, mengelola keuangan, menjadi kekasih, menjadi istri (merangkap baby sitter dan mungkin juga pembantu), menjadi sahabat, mengalami perubahan fisik yang drastis, mengalami perubahan emosional yang lebih cepat, dan seterusnya. Jika kita ada di posisi amat mencintai dan punya misi untuk terus memberi semangat pada pasangan kita bahwa kita adalah jodoh yang sudah ditentukan oleh Allah SWT sehingga cepat atau lambat cinta akan bersemi diantara kita; saya pastikan: kelelahan, kejenuhan dan rasa kecewa akan senantiasa datang menghampiri. Ingat ya, pihak laki-laki tidak mengalami perubahan fisik yang drastis setelah menikah kelak, tidak juga mengalami pergolakan emosional karena naik turunnya perubahan hormonal, tidak juga punya tugas berat yang rangkap-rangkap dalam rumah tangganya dan terutama sekali, dia punya hak untuk menikah lagi jika dia mampu untuk melakukan itu. Jika suatu saat dalam perjalanan waktu ternyata dia bertemu seorang wanita lain dan akhirnya merasakan apa itu jatuh cinta yang sesungguhnya; ya…. siap-siap saja menelan kecewa. Maksud saya, kecewa yang amat sangat. Jadi, jangan terlalu mencintai deh. Biasa-biasa saja dan jangan pernah memaksa pendapat bahwa cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Ini kondisi yang amat sangat tidak sehat dan melelahkan. Dengan demikian, jika ternyata ujian dari Allah datang lagi kepada kalian kali ini, seharusnya ukhti bersyukur pada Allah SWT. Bisa jadi Allah ingin menyelamatkan ukhti dari kondisi yang amat sangat tidak sehat dan melelahkan tersebut.

Ukhti yang dirahmati Allah SWT. Apa yang ukhti lakukan saat ini menurut saya amat berbahaya. Pindah rumah (kota) agar bisa dekat dengan laki-laki yang ukhti cintai tanpa ikatan pernikahan, itu jelas amat berbahaya. Ukhti sedang bermain dengan api. Yaitu, api maksiat dan perzinahan. Bisa jadi sampai sejauh ini ukhti dan A bisa menjaga diri, tapi, rasa cinta yang amat sangat dalam hati ukhti tersebut, bisa mengalahkan akal sehat dan pada akhirnya memenangkan nafsu birahi. Terlebih kian hari rasa cinta akan menumbuhkan juga rasa takut kehilangan. Rasa takut kehilangan ini akan melahirkan ide-ide yang dekat dengan maksiat. Jadi, keputusan pindah rumah dan kota agar dekat dengan A adalah keputusan yang amat sangat salah. Seharusnya, kalian langsung saja menikah. Menunggu apa lagi coba? Soal pertimbangan ekonomi? Dengan manajemen pengeluaran dan pemasukan yang baik, sesedikit apapun pendapatan, bisa dibuat cukup kok. Asal tidak terlalu banyak keinginan dan mimpi-mimpi yang mahal serta penghematan disana-sini. Soal pekerjaan yang pindah-pindah? Itu bisa disiasati. Toh istri-istri para pedagang atau tentara tetap bisa berkeluarga meski mereka harus terpisah-pisah. Jadi, ajak A menikah sekarang juga. Jika dia tetap ragu untuk menikahi ukhti, mulailah berpikir untuk tidak lagi menganggap A adalah jodoh yang dikirim Allah SWT untuk menjadi suami kita. Cari laki-laki lain saja.

Demikian dari saya. Mohon maaf jika ada banyak kesalahan atau menyinggung sesuatu yang membuat marah atau sakit hati. Semua kelebihan dan kebenaran dari Allah SWT dan segala kekurangan dan kesalahan berasal dari saya. Jadi, sekali lagi maafkan saya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
Kembali Ke Atas Go down
https://saairollah.indonesianforum.net
 
Mengendalikan Rasa Terlalu Mencintai (jadi Renungan)
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SA'AIROLLAH situs syiar dan forum diskusi islam :: SUB FORUM :: MUSLIM/MUSLIMAH MENJAWAB-
Navigasi: